KELOMPOK suporter PSS Sleman atau yang biasa disebut Slemania benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan PSSI yang tidak memberi sanksi kepada manajer tim berjuluk `Elang Super Jawa' tersebut, Supardjiono. Menurut mereka, sejatinya dialah otak di balik skenario kotor `sepak bola gajah' yang dipraktikkan PSS saat menghadapi PSIS Semarang pada semifinal Divisi Utama dua bulan kemudian.
Namun, dikala para pemain, instruktur, dan bahkan tukang pijat klub dihukum Kodmis PSSI, Supardjiono justru melenggang bebas. Diungkapkan Ketua Umum Slemania Lilik Yulianto, pihaknya akan segera membeberkan bukti-bukti keterlibatan Supardjiono.
“Kami sudah mempunyai bukti terlibatnya Supardjiono. Kami punya rekaman pengesahan dari Ableh (Eri Febriyanto/ sekretaris tim PSS) dan salah seorang pemain mengenai pemain film intelektual peristiwa itu,“ ujar Lilik, kemarin.
Dari pengesahan Eri, lanjut Lilik, beliau hanya korban. Faktanya Eri ketika itu sedang berada di Kalimantan untuk menyaksikan pertandingan Martapura FC dan PSCS Cilacap. Untuk menguatkan alibi tersebut, Lilik menyebutkan telah mempunyai bukti besar lengan berkuasa seperti tiket pesawat dan tiket masuk stadion. “Kita akan kumpulkan lebih dahulu kemudian baru kita olah dan akan kita laporkan kepada Menpora untuk ditindaklanjuti,“ tandas Lilik.
Sementara itu, Komisi Disiplin Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) menjatuhkan sanksi terhadap tiga klub Indonesia karena membocorkan data mengenai isu transfer yang sangat belakang layar di media umum.
Seperti dikutip dari situs resmi FIFA, kemarin, Persebaya Surabaya dan Persires Bali Devata masing-masing disanksi denda 25.000 franch Swiss (Rp318 juta) karena memublikasikan data FIFA Transfer Matching System (TMS) melalui akun Twitter.
Adapun PSIS Semarang harus membayar dengan 15.000 franc Swiss (Rp190 juta) alasannya memublikasikan ulang isi Twitter tersebut. (Sat/R-4) Media Indonesia, 11/12/2014, halaman 27
No comments:
Post a Comment