Disatukan Sepak Bola

DATANG dari latar belakang keluarga berbeda, tetapi kelima anak Indonesia itu hadir dengan satu kegemaran yang sama, sepak bola.Kegemaran itu juga yang membawa mereka terbang ke Manchester untuk memperoleh training.

Kerja sama Kick Andy Foundation dengan PT Multistrada Arah Sarana Tbk membuka peluang untuk mereka, lewat acara Gerakan Sejuta Bola. Program tersebut memberi pengalaman tidak terlupakan bagi Asep dari Bandung, Richard dari Tangerang, Bastian dari Hambau, Kafabi dari Mojokerto, dan Jeksen dari Manado. Mereka mendapat kesempatan menjalani pelatihan Summer Camp di MU Soccer School.
Itulah saat mereka meninggalkan orangtua dan merasakan terbang pertama kalinya. “Saya takut ketika naik pesawat, takut jatuh,“ ucap Bastian dengan polos yang eksklusif disambut gelak tawa penonton di studio.

Ketakutan serupa juga dialami Asep. Untuk menghilangkan rasa takut, Asep melakukan zikir dan berdoa sepanjang perjalanan sampai ke Manchester.

Tinggal di negeri orang sangat berbeda dengan tempat tinggal mereka, membutuhkan banyak penyesuaian, termasuk untuk masakan.Kafabi, akseptor dengan tubuh yang paling kecil, terpaksa hanya makan roti, buah, dan air putih saja sebab ketidakcocokan kuliner yang tersedia. Kafabi juga harus mengalami bibir pecah-pecah dan seriawan karena suhu yang luar biasa hambar.

Meski demikian, kelima anak itu menjadi akseptor yang paling mencolok dan diingat akseptor Summer Camp lainnya alasannya membawa kebiasaan dari rumah, mandi dua kali sehari.“Negara lain enggak ada yang mandi, cuma Indonesia yang mandi,“ ucap Asep.
Kafabi disebut-sebut paling mencolok perhatian dengan fisik yang berpengaruh meski postur tubuh paling mungil di antara peserta lain. “Saya dibilang kecil-kecil besar lengan berkuasa oleh instruktur di sana,“ ucap Kafabi sambil menyunggingkan senyum.

Sebelum berangkat ke Inggris, kelima anak itu menjalani pelatihan terlebih dahulu di Indonesia, dengan instruktur yang didatangkan eksklusif dari Manchester. Keterbatasan bahasa bukan masalah. Bahasa tubuh mampu menjadi pengganti. Meski kadang terlihat kocak, yang terpenting mampu saling mengerti. (Ric/M-3) Media Indonesia, 26/10/2014, Halaman : 22